Dalam kehidupan ini kreativitas sangat
penting, karena kreativitas merupakan suatu kemampuan yang sangat
berarti dalam proses kehidupan manusia. Kreativitas manusia melahirkan
pencipta besar yang mewarnai sejarah kehidupan umat manusia dengan
karya-karya spektakulernya. Seperti Bill Gate si raja microsof, JK
Rolling dengan novel Harry Poternya, Ary Ginanjar dengan ESQ (Emotional
& Spiritual Question) , penulis Pramudia Anatatur dengan
karya-karyanya yang tak lekang oleh waktu, penyanyi Kris Dayanti, Mely
Guslow, Seniman Titik Puspa, dll. Apa yang mereka ciptakan adalah karya
orisinil yang luar biasa dan bermakna, sehingga orang terkesan dan
memburu karyanya.
Kreativitas tidak hanya sekedar keberuntungan tetapi merupakan kerja keras yang disadari. Kegagalan bagi orang yang kreatif hanyalah merupakan variabel pengganggu untuk keberhasilan. Dia akan mencoba lagi, dan mencoba lagi hingga berhasil. Orang yang kreatif menggunakan pengetahuan yang kita semua memilikinya dan membuat lompatan yang memungkinkan, mereka memandang segala sesuatu dengan cara-cara yang baru. Gordon Dryden (2000: 185) dalam buku Revolusi Cara Belajar mengatakan bahwa ,” Suatu ide adalah kombinasi baru dari unsur-unsur lama. Tidak ada elemen baru. Yang ada hanyalah kombinasi-kombinasi baru.”
Orang kreatif yang kami jadikan contoh dalam makalah ini adalah Ary Ginanjar Agustian. Ia sukses dengan bisnis ESQ-nya. Ia memiliki ide kreatif berawal dari apa yang ia renungkan tentang teknologi digital yang muncul di era modern ini, setelah ditemukan bilangan biner yaitu angka nol dan satu sebagai system tranformasi. Sehingga kehidupan manusia sepenuhnya ditunjang dengan perangkat canggih dan serba digital. Menurut dia sangat ironis, ketika semua piranti penunjang segala aktivitas manusia telah begitu canggih dan modern, ternyata mental manusia penggunanya masih analog (baca: tertinggal). Sehingga dapat dibayangkan banyak ketimpangan di sana-sini. Solusinya sudah tentu dengan mengimbangi teknologi digital tersebut dengan manusia digital.
Apakah manusia digital itu? Tentunya manusia yang memiliki bilangan biner sebagai system tranformasi atas potensi spiritualnya, yaitu yang berbasis pada angka nol dan satu. Menurutnya apabila hal ini terwujud, maka akan lahir sebuah peradaban manusia tertinggi yang memiliki kemampuan IPTEK DIGITAL dan IMTAK DIGITAL. Saat itulah generasi emas lahir di bumi. Dari renungan itulah ia membuat paradigma baru yang mensinergikan science, sufisme, dan psikologi modern secara Qurani dalam satu kesatuan yang terintegrasi. Ia membahas rasionalitas dunia melalui kacamata spiritual. Selain buku-bukunya menjadi best seller dalam waktu singkat, trainingnya juga sangat diminati, orang tidak berpikir tentang harga yang harus mereka bayar tetapi kepuasan dalam layanan dan makna yang meraka dapatkan dari mengikuti kegiatan ESQ menjadi lebih penting.
Dapatkah manusia menjadi kreatif? Tony Buzan (2003: xix) dalam bukunya yang berjudul Head First mengatakan bahwa,” Kreativitas dahulu dianggap sebagai ”anugrah yang ajaib”, yang hanya dimiliki oleh segelintir orang. Sekarang kita tahu bahwa kecerdasan merupakan anugrah ajaib yang dimiliki semua orang. Menguraikan kekuatan kecerdasan kreatif hanyalah masalah memahami bagaimana melakukannya.” Sebagai manusia kita harus menyadari bahwa setiap manusia mempunyai potensi untuk mengembangkan apa yang dianugrahkan kepadanya. Ary Ginanjar (2002: 139) dalam bukunya ESQ mengatakan bahwa,” Dalam God Spot (titik tuhan) bersemayam dorongan (drive) seperti mencipta, kreatif, inovatif,dll. milik Tuhan. … Tetapi potensi-potensi dahsyat spiritual manusia itu sering kali tertutup atau ter”cover”. Itulah yang dimaksud tertutup atau terbelenggu, yakni ketika manusia menutupi dirinya sendiri.
Meningkatkan kreativitas merupakan bagian integral dari kebanyakan program untuk anak berbakat. Jika kita tinjau program atau sasaran belajar siswa, kreativitas biasanya disebut sebagai prioritas, kreativitas memungkinkan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia. Salah satu kendala konseptual utama terhadap studi kreativitas adalah pengertian kreativitas sebagai sifat yang diturunkan/ diwariskan oleh orang yang berbakat luar biasa atau genius. Kreativitas, disamping bermakna baik untuk pengembangan diri maupun untuk pembangunan masyarakat juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi bagi manusia (Maslow, 1968).
Dalam GBHN 1993 dinyatakan bahwa pengembangan kreativitas (daya cipta) hendaknya dimulai pada usia dini, yaitu dilingkungan keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dan dalam pendidikan pra sekolah. Kreativitas perlu dipupuk, dikembangkan dan ditingkatkan, disamping mengembangkan kecerdasan dan ciri-ciri lain yang menunjang pembangunan.
Sebagai Negara berkembang Indonesia sangat membutuhkan tenaga-tenaga kreatif yang mampu memberikan sumbangan bermakna kepada ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian, serta kepada kesejahteraan bangsa pada umumnya. Sehubungan dengan ini pendidikan hendaknya tertuju pada pengembangan kreativitas peserta didik agar kelak dapat memenuhi kebutuhan pribadi, masyarakat, dan Negara.
Berdasarkan uraian di atas dalam makalah ini akan dibahas mengenai pengertian kreativitas, kreativitas sebagai multi kecerdasan, delapan kecerdasan Gardner, proses kreativitas, ciri-ciri kreativitas, dan kiat-kiat menjadi kreatif.
Kreativitas tidak hanya sekedar keberuntungan tetapi merupakan kerja keras yang disadari. Kegagalan bagi orang yang kreatif hanyalah merupakan variabel pengganggu untuk keberhasilan. Dia akan mencoba lagi, dan mencoba lagi hingga berhasil. Orang yang kreatif menggunakan pengetahuan yang kita semua memilikinya dan membuat lompatan yang memungkinkan, mereka memandang segala sesuatu dengan cara-cara yang baru. Gordon Dryden (2000: 185) dalam buku Revolusi Cara Belajar mengatakan bahwa ,” Suatu ide adalah kombinasi baru dari unsur-unsur lama. Tidak ada elemen baru. Yang ada hanyalah kombinasi-kombinasi baru.”
Orang kreatif yang kami jadikan contoh dalam makalah ini adalah Ary Ginanjar Agustian. Ia sukses dengan bisnis ESQ-nya. Ia memiliki ide kreatif berawal dari apa yang ia renungkan tentang teknologi digital yang muncul di era modern ini, setelah ditemukan bilangan biner yaitu angka nol dan satu sebagai system tranformasi. Sehingga kehidupan manusia sepenuhnya ditunjang dengan perangkat canggih dan serba digital. Menurut dia sangat ironis, ketika semua piranti penunjang segala aktivitas manusia telah begitu canggih dan modern, ternyata mental manusia penggunanya masih analog (baca: tertinggal). Sehingga dapat dibayangkan banyak ketimpangan di sana-sini. Solusinya sudah tentu dengan mengimbangi teknologi digital tersebut dengan manusia digital.
Apakah manusia digital itu? Tentunya manusia yang memiliki bilangan biner sebagai system tranformasi atas potensi spiritualnya, yaitu yang berbasis pada angka nol dan satu. Menurutnya apabila hal ini terwujud, maka akan lahir sebuah peradaban manusia tertinggi yang memiliki kemampuan IPTEK DIGITAL dan IMTAK DIGITAL. Saat itulah generasi emas lahir di bumi. Dari renungan itulah ia membuat paradigma baru yang mensinergikan science, sufisme, dan psikologi modern secara Qurani dalam satu kesatuan yang terintegrasi. Ia membahas rasionalitas dunia melalui kacamata spiritual. Selain buku-bukunya menjadi best seller dalam waktu singkat, trainingnya juga sangat diminati, orang tidak berpikir tentang harga yang harus mereka bayar tetapi kepuasan dalam layanan dan makna yang meraka dapatkan dari mengikuti kegiatan ESQ menjadi lebih penting.
Dapatkah manusia menjadi kreatif? Tony Buzan (2003: xix) dalam bukunya yang berjudul Head First mengatakan bahwa,” Kreativitas dahulu dianggap sebagai ”anugrah yang ajaib”, yang hanya dimiliki oleh segelintir orang. Sekarang kita tahu bahwa kecerdasan merupakan anugrah ajaib yang dimiliki semua orang. Menguraikan kekuatan kecerdasan kreatif hanyalah masalah memahami bagaimana melakukannya.” Sebagai manusia kita harus menyadari bahwa setiap manusia mempunyai potensi untuk mengembangkan apa yang dianugrahkan kepadanya. Ary Ginanjar (2002: 139) dalam bukunya ESQ mengatakan bahwa,” Dalam God Spot (titik tuhan) bersemayam dorongan (drive) seperti mencipta, kreatif, inovatif,dll. milik Tuhan. … Tetapi potensi-potensi dahsyat spiritual manusia itu sering kali tertutup atau ter”cover”. Itulah yang dimaksud tertutup atau terbelenggu, yakni ketika manusia menutupi dirinya sendiri.
Meningkatkan kreativitas merupakan bagian integral dari kebanyakan program untuk anak berbakat. Jika kita tinjau program atau sasaran belajar siswa, kreativitas biasanya disebut sebagai prioritas, kreativitas memungkinkan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia. Salah satu kendala konseptual utama terhadap studi kreativitas adalah pengertian kreativitas sebagai sifat yang diturunkan/ diwariskan oleh orang yang berbakat luar biasa atau genius. Kreativitas, disamping bermakna baik untuk pengembangan diri maupun untuk pembangunan masyarakat juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi bagi manusia (Maslow, 1968).
Dalam GBHN 1993 dinyatakan bahwa pengembangan kreativitas (daya cipta) hendaknya dimulai pada usia dini, yaitu dilingkungan keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dan dalam pendidikan pra sekolah. Kreativitas perlu dipupuk, dikembangkan dan ditingkatkan, disamping mengembangkan kecerdasan dan ciri-ciri lain yang menunjang pembangunan.
Sebagai Negara berkembang Indonesia sangat membutuhkan tenaga-tenaga kreatif yang mampu memberikan sumbangan bermakna kepada ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian, serta kepada kesejahteraan bangsa pada umumnya. Sehubungan dengan ini pendidikan hendaknya tertuju pada pengembangan kreativitas peserta didik agar kelak dapat memenuhi kebutuhan pribadi, masyarakat, dan Negara.
Berdasarkan uraian di atas dalam makalah ini akan dibahas mengenai pengertian kreativitas, kreativitas sebagai multi kecerdasan, delapan kecerdasan Gardner, proses kreativitas, ciri-ciri kreativitas, dan kiat-kiat menjadi kreatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar